Anak Suka Cerita (ngga) Penting ?
Unknown
18.08
0
“Saya suka main layangan kak, suka ngejar layangan sama teman-teman” cerita salah seorang anak “korban emon” ketika saya mewawancarainya.
Apa sih pentingnya melihat kucing di jalan dalam cerita perjalanan ke Bandung? Toh setiap hari juga melihat kucing. Apa sih pentingnya cerita ”ngejar layangan” dalam wawancara kasus kekerasan seksual?
Ayah bunda sering mengalami hal itu? Banyak hal-hal (nggak) penting dalam cerita anak-anak? Apa yang ayah bunda rasakan? Gemes ya? Iiih ngapain sih hal remeh seperti itu diceritain? Ceritain tuh yang seru-seru doong ! yang jarang-jarang ada! Masa segala liat kucing aja diceritain?
Dalam dunia Forensic Investigation ada teknik yang disebut Cognitive Interview atau wawancara kognitif. Yaitu wawancara saksi dengan meminta dia menceritakan apapun yang dia ingat tentang kejadian, termasuk hal-hal yang dianggap tak penting dan tidak relevan. Kenapa? Karena hal-hal yang dianggap tak penting dan tak relevan ini akan memanggil memori-memori lainnya. Hal-hal itu yang akan “menyambungkan” ceritanya menjadi lengkap.
Cerita suka main layang-layang oleh salah satu anak korban Emon, membawa saya ke dalam cerita bagaimana ia pertama kali bertemu Emon dan bagaimana Emon mendekati korbannya. Cerita kucing di stasiun membuat Gaza bisa menceritakan lengkap perjalanannya dari Bogor ke Bandung.
Teknik Ini bisa diterapkan sehari-hari dengan anak kita. Ketika ia bercerita tentang pengalamannya, biarkan ia ceritakan semuanya dengan tuntas. Termasuk hal-hal remeh yang kita anggap tak penting. Jika ada sebuah hal yang masuk dalam ceritanya, berarti ia menganggap hal itu penting. Ingat, yang kita anggap tidak penting, bisa jadi adalah hal penting bagi anak.
Minta ia bercerita dari sebuah titik awal, misal cerita Gaza dari Bogor ke Bandung dimulai dari keluar rumah eyang di Bogor. Setelah ia bercerita semuanya, kita bisa meminta ia bercerita dengan urutan terbalik. Nanti akan mucul detail-detail baru yang di cerita awal belum muncul. Kita bisa juga menggali lebih dalam dari poin-poin yang dia ceritakan, misal di stasiun ada apa aja? Apa yang dilakukan di kereta? Bajajnya warna apa? Bunyinya bagaimana?
Apresiasi semua ceritanya dengan mendengarkan tanpa memotong atau menyanggah, timpali dengan pernyataan-pernyataan yang menguatkan seperti “wah seruu”, “wiih asyiik” dll. Jika perlu, praktekan ceritanya dengan gerakan. dan yang perlu diingat, ini bukanlah interogasi. Ini adalah cerita santai ortu dengan anak. asyik ya?
Teknik ini, jika sering dilakukan akan melatih kemampuan anak dalam mengingat dan berpikir runut. Tentu juga akan meningkatkan kedekatan hubungan orang tua dengan anak.
Selamat bercerita ayah dan bunda. Selamat bersenang-senang :)
eh ssst...konon katanya, cognitive interview adalah salah satu teknik yang dipakai CIA dalam melakukan investigasi forensik :)
Sumber : twitter Pemerhati Anak @K_IDZma
Tidak ada komentar